FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
A. Pengertian Filsafat, Pendidikan dan
Islam
Filsafat
Pendidikan Islam mengandung 3 (tiga) komponen kata, yaitu filsafat, pendidikan
dan Islam. Untuk memahami pengertian Filsafat Pendidikan Islam akan lebih baik
jika dimulai dari memahami makna masing-masing komponen kata untuk selanjutnya
secara menyeluruh dari keterpaduan ketiga kata tadi dengan kerangka pikir
sebagai berikut: Filsafat menurut Sutan Zanti Arbi (1988) berasal dari kata
benda Yunani Kuno philosophia yang secara harpiah bermakna “kecintaan akan
kearifan”.
Makna kearifan melebihi pengetahuan, karena kearifan mengharuskan adanya pengetahuan dan dalam kearifan terdapat ketajaman dan kedalaman. Sedangkan John S. Brubacher (1962) berpendapat filsafat dari kata Yunani filos dan sofia yang berarti “cinta kebijaksanaan dan ilmu pengetahuan”. (Syar’I,2005)
Makna kearifan melebihi pengetahuan, karena kearifan mengharuskan adanya pengetahuan dan dalam kearifan terdapat ketajaman dan kedalaman. Sedangkan John S. Brubacher (1962) berpendapat filsafat dari kata Yunani filos dan sofia yang berarti “cinta kebijaksanaan dan ilmu pengetahuan”. (Syar’I,2005)
Secara istilah,
filsafat mengandung banyak pengertian sesuai sudut pandang para ahli
bersangkutan, diantaranya:
a.
Mohammad Noor Syam (1986) merumuskan
pengertian filsafat sebagai aktifitas berfikir murni atau kegiatan akal manusia
dalam usaha mengerti secara mendalam segala sesuatu.
b.
|
Menurut Hasbullah Bakry (dalam Prasetya, 1997)
filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai
ketuhanan, alam semesta dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan
tentang bagaimana hakekatnya sejauh yang dapat dicapai akal manusia dan
bagaimana sikap manusia itu seharusnya setelah mengetahui pengetahuan itu.
(Syar’I,2005)
c.
Harun Nasution (1973), menyatakan
bahwa inti sari dari filsafat itu sendiri adalah berpikir menurut tata tertib (logika)
dengan bebas (tidak terikat pada tradisi, dogma dan agama) dan dengan
sedalam-dalamnya sehingga sampai kedasar-dasarnya.
d.
Menurut Jujun S Suriasumantri
(1982), berpikir filsafat merupakan berpikir yang mendasar, menyeluruh, dan
spekulatif.
Kajian dan
telaah filsafat memang sangat luas, karena itu filsafat merupakan sumber
pengetahuan. Namun paling tidak, ada 2 hal pokok yang dapat kita mengerti dari
istilah filsafat, yaitu : Pertama, aktivitas berfikir manusia secara
menyeluruh, mendalam dan spekulatif terhadap sesuatau baik mengenai ketuhanan,
alam semesta maupun manusia itu sendiri guna menemukan jawaban hakikat sesuatu
itu. Kedua, ilmu pengetahuan yang mengkaji, menelaah atau menyelidiki hakikat
sesuatu yang berhubungan dengan ketuhanan, manusia dan alam semesta secara
menyeluruh, mendalam dan spekulatif dalam rangka memperoleh jawaban tentang
hakikat sesuatu itu yang akhirnya temuan itu menjadi pengetahuan. (Syar’I, 2005)
Pendidikan
adalah ikhtiar atau usaha manusia dewasa untuk mendewasakan peserta didik agar
menjadi manusia mandiri dan bertanggung jawab baik terhadap dirinya maupun
segala sesuatu di luar dirinya, orang lain, hewan dan sebagainya. Ikhtiar
mendewasakan mengandung makna sangat luas, transfer pengetahuan dan
keterampilan, bimbingan dan arahan penguasaan pengetahuan, keterampilan dan
pembinaan kepribadian, sikap moral dan sebagainya. Demikian pula peserta didik,
tidak hanya diartikan manusia muda yang sedang tumbuh dan berkembang secara
biologis dan psikologis tetapi manusia dewasa yang sedang mempelajari
pengetahuan dan keterampilan tertentu guna memperkaya kemampuan, pengetahuan
dan keterampilan dirinya juga dikualifikasikan sebagai peserta didik.
Menurut Hadari
Nawawi (1988), menyatakan bahwa pendidikan sebagai usaha sadar untuk mengembangkan
kepribadian dan kemampuan manusia, baik di dalam maupun di luar sekolah. Dengan
reaksi yang berbeda, Hasan Langgulung (1986) mengartikan pendidikan sebagai
usaha untuk mengubah dan memindahkan nilai kebudayaan kepada setiap individu
dalam suatu masyarakat Islam. Menurut Harun Nasution (1979) adalah
segala agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui Nabi
Muhammad SAW sebagai Rasul. Islam adalah agama yang seluruh ajarannya bersumber
dari Al-Qur’an dan Al-Hadis dalam rangka mengatur dan menuntun kehidupan
manusia dalam hubungannya dengan Allah, sesama manusia dan dengan alam semesta.
(Syar’I, 2005)
Islam akan
dilihat dari dua sudut pengertian. Pertama dari makna kata (etimologi). Kedua
dari kata islam sebagai agama Allah (din Allah). Melalui kedua pendekatan ini
diharapkan akan lebih mempermudah pemahaman terhadap hubungan antara islam
sebagai agama, sebagai system nilai, dan juga sebagai pandangan hidup.
Secara
etimologis, Islam memiliki sejumlah derivasi (kata turunan), antara lain:
(Jalaludin,2011)
a.
Aslama, yang berarti menyerahkan
diri, taat, tunduk, dan patuh sepenuhnya.
b.
Salima,berarti selamat, sejahtera,
sentosa, bersih dan bebas dari cacat atau cela.
c.
Salam, berarti damai, aman,dan
tentram.
d.
Sullam, yang artinya tangga (alat
bantu untuk naik ke atas).
Berdasarkan
pengertian etimologi ini, maka secara garis besarnya Islam mengandung makna
penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah yang dibuktikan dengan sikap taat,
tunduk, dan patuh terhadap ketentuannya, guna terwujudnya suatu yang selamat,
sejahtera, sentosa, bersih dan bebas dari cacat atau cela dalam kondisi damai,
aman, dan tentram, serta berkualitas.
B. Pengertian Filsafat Pendidikan Islam
Menurut
Arifin (1992), Filsafat Pendidikan Islam pada hakekatnya adalah konsep berpikir
tentang kependidikan yang bersumberkan ajaran Islam tentang hakikat kemampuan
manusia untuk dapat dibina dan dikembangkan serta dibimbing menjadi manusia
muslim yang seluruh pribadinya dijiwai oleh ajaran Islam, serta mengapa manusia
harus dibina menjadi hamba Allah SWT. yang berkepribadian demikian. Sarana dan
upaya apa sajakah yang dapat mengantarkan pencapaian cita-cita demikian, dan
sebagainya.
Menurut
Zuhairini, dkk (1955), Filsafat Pendidikan Islam adalah studi tentang pandangan
filosofis dan sistem dan aliran filsafat dalam islam terhadap masalah-masalah
kependidikan dan bagaimana pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan manusia
muslim dan umat islam. Selain itu Filsafat Pendidikan Islam mereka artikan pula
sebagai penggunaan dan penerapan metode dan sistem filsafat Islam dalam
memecahkan problematika pendidikan umat islam yang selanjutnya memberikan arah
dan tujuan yang jelas terhadap pelaksanaan pendidikan umat Islam.
(Maulana,2013)
Sementara
itu, Hasan Langgulung (1992), mengemukakan bahwa Filsafat Pendidikan Islam
adalah sejumlah prinsif kepercayaan dan premis yang diambil dari ajaran Islam
atau sesuai dengan semangatnya dan mempunyai kepentingan terapan dan bimbingan
dalam usaha pendidikan.
Ahmad
D. Marimba (1989), Filsafat Pendidikan Islam adalah perenungan-perenungan
mengenai apa sesungguhnya Pendidikan Islam itu dan bagaimana usaha-usaha pendidikan
dilaksanakan agar berhasil sesuai dengan hukum-hukum Islam.
Sedangkan
Abuddin Nata (1997) mendefinisikan Filsafat Pendidikan Islam sebagai suatu
kajian filosofis mengenai berbagai masalah yang terdapat dalam kegiatan
pendidikan yang didasarkan pada al-Qur’an dan al-Hadis sebagai sumber primer,
dan pendapat para ahli khususnya filosof muslim sebagai sumber sekunder. Selain
itu, Filsafat Pendidikan Islam dikatakan Abuddin Nata suatu upaya menggunakan
jasa filosofis, yakni berfikir secara mendalam, sistematik, radikal dan
universal tentang masalah-masalah pendidikan, seperti masalah manusia (anak
didik), guru, kurikulum, metode dan lingkungan dengan menggunakan al-Qur’an dan
al-Hadis sebagai dasar acuannya. (Maulana,2013)
Tanpa
mempersoalkan apakah Filsafat Pendidikan Islam itu sebagai aktifitas berfikir
mendalam, menyeluruh dan spekulatif atau ilmu pengetahuan yang melakukan kajian
menyeluruh, mendalam dan spekulatif mengenai masalah-masalah pendidikan dari
sumber wahyu Allah, baik al-Qur’an maupun al-Hadis, paling tidak terdapat 2 hal
pokok yang patut diperhatikan dari pengertian Filsafat Pendidikan Islam:
1.
Kajian menyeluruh, mendalam dan
spekulatif terhadap kandungan al-Qur’an/al-Hadis dalam rangka merumuskan konsep
dasar pendidikan islam. Artinya, Filsafat Pendidikan Islam memberikan jawaban
bagaimana pendidikan dapat dilaksanakan sesuai dengan tuntunan nilai-nilai
Islam. Misalnya saja ketika muncul pertanyaan bagaimana aplikasi pendidikan
Islam menghadapi peluang dan tantangan millenium II, maka Filsafat Pendidikan
Islam melakukan kajian mendalam dan menyeluruh, sehingga melahirkan konsep
pendidikan islam yang akan diaktualisasikan di era millenium III.
2.
Kajian menyeluruh, mendalam dan
spekulatif dalam rangka mengatasi berbagai probelam yang dihadapi pendidikan
islam. Misalnya ketika suatu konsep pendidikan islam diterapkan dan ternyata
dihadapkan kepada berbagai problema, maka ketika itu dilakukan kajian untuk
mengatasi berbagi problema tadi. Aktivitas melakukan kajian menghasilkan konsep
dan prilaku mengatasi problem pendidikan islam tersebut merupakan makna
dari Filsafat Pendidikan Islam.
Sebenarnya
antara kajian mendalam, menyeluruh dan spekulatif merumuskan konsep dasar
pendidikan islam dengan pikiran mengatasi problematika pendidikan Islam sulit
untuk dapat dipisahkan secara tegas, sebab ketika suatu problem pendidikan
islam dipecahkan melalui hasil sebuah kajian mendasar
menyeluruh, maka hasil tersebut sesungguhnya menjadi konsep dasar
pelaksanaan pendidikan islam selanjutnya. Sebaliknya ketika suatu rumusan
pemikiran pendidikan islam dibuat, misalnya konsep pendidikan di era
globalisasi yang penuh persaingan kualitatif maka sebetulnya konsep yang
dihasilkan tadi merupakan antisipatif menghadapi problem pendidikan islam di
era millenium III yang di tandai globalisasi informasi dan persaingan
kualitatif. (Syar’I,2005)
Perpaduan
antara agama dan akal fikiran membuat kita untuk menjelaskan persoalan khusus
(misalnya tentang universalisme), pemikiran pengakuan, dan menjawab
keberatan-keberatan utama yang ditujukan pada solusi Aristotealismenya, yaitu
dengan menyempurnakan metode skolastiknya. (Tedd, 2001)
Jadi
dapat disimpulkan bahwa Filsafat Pendidikan Islam adalah suatu ilmu yang
mengkaji, mencari, menganalisa, membahas secara filosofis tentang hakikat
pendidikan islam, baik secara konseptual, maupun operasional, serta menggunakan
jasa filosofis dalam mencari alternatif paling efektif bagi pemecahan problema
pendidikan islam yang berdasar dan bersandar pada sistem kebenaran yang mutlak
yaitu al-Qur'an dan al-Hadits serta pandangan filosofis muslim sehingga dapat
memberikan perbaikan dan pengembangan terhadap pendidikan Islam.
C. Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan Islam
Pemikiran
dan kajian tentang Filsafat Pendidikan Islam menyangkut 3 hal pokok, yaitu:
penelaahan tentang filsafat, pendidikan dan penelaahan tentang islam. Karena
itu, setiap orang yang berminat dan menerjunkan diri dalam dunia Filsafat
Pendidikan Islam seharusnya memahami dan memiliki modal dasar tentang filsafat,
pendidikan dan Islam.
Kajian
dan pemikiran mengenai pendidikan pada dasarnya menyangkut aspek yang sangat
luas dan menyeluruh bahkan seluruh aspek kebutuhan dan atau kehidupan umat
manusia, khususnya umat islam. Ketika dilakukan kajian dan dirumuskan pemikiran
mengenai tujuan Pendidikan Islam, maka tidak dapat dilepaskan dari tujuan hidup
umat manusia. Karena tujuan pendidikan Islam pada hakekatnya dalam rangka
mencapai tujuan hidup umat manusia, sehingga esensi dasar tujuan pendidikan
islam sebetulnya sama dengan tujuan hidup umat manusia. Menurut Ahmad D.
Marimba (1989) sesungguhnya tujuan pendidikan islam identik dengan tujuan hidup
setiap muslim.
Sebagaimana
filsafat pendidikan pada umumnya, maka filsafat pendidikan islam juga menyangkut
pemikiran-pemikiran yang terkait dengan masalah pendidikan, yakni pendidikan
Islam. Filsafat pendidikan islam adalah pedoman bagi perancang dan orang-orang
yang berkerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran. (Omar Mohammad al-Toumy
al-Syaibany,1973)
Filsafat
pendidikan Islam yang bertumpu pada pemikiran mengenai masalah pendidikan tak
dapat dilepaskan dari tugas dan misi kerasulan, yakni untuk menyempurnakan
akhlak. Kemudian penyempurnaan akhlak terkait pula dengan hakikat penciptaan
manusia, yakni menjadi pengabdi Allah yang setia, maka manusia juga tak dapat
melepaskan statusnya selaku khalifah Allah di muka bumi. (Jalaludin,2011)
Filsafat
pendidikan Islam pada hakikat berada pada permasalahan-permasalahan dari ketiga
factor yaitu: (1) hakikat penciptaan, (2) akhlak mulia, dan (3) tugas khalifah
yang diamatkan pada manusia. Disini terlihat, bahwa filsafat pendidikan Islam
tak dapat dilepaskan kaitannya dengan nilai-nilai ajaran Islam itu sendiri.
Menurut Khursyid Ahmad, pendidikan adalah suatu bagian yang tak dapat
dipisahkan dari kebudayaan masyarakat dan sebagai alat untuk memajukan
masyarakat itu sendiri. Pada dasarnya setiap system pendidikan terdiri dari
seperangkat cita-cita kemasyarakatan, norma dan nilai-nilai tertentu, dan
didasarkan pada pandangan hidup dan kebudayaan tertentu.
Dalam pandangan
Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibany, filsafat pendidikan ialah pelaksanaan
pandangan filsafat dan kaidah filsafat dalam pendidikan. Titik berat filsafat
pendidikan adalah pada pelaksanaan prinsip-prinsip dan kepercayaan-kepercayaan
yang menjadi dasar filsafat dalam menyelesaikan masalah-masalah pendidikan
secara praktis. Dengan demikian ruang lingkup kajian filsafat pendidikan Islam
mencakup prinsip dan kepercayaan yang menjadi dasar filsafat itu sendiri, serta
faktor-faktor yang berhubungan dengan upaya penyelesaian pendidikan Islam.
Selanjuatnya
Omar Mohhammad al-Toumy al-Syaibany (1979), mengemukakan lima prinsip dasar
dalam kajian filsafat pendidikan Islam. Kelima prinsip dasar tersebut mencakup:
(Jlaludin,2011)
1.
Pandangan Islam terhadap jagat raya.
2.
Pandangan Islam terhadap manusia.
3.
Pandangan Islam terhadap masyarakat.
4.
Pandangan Islam terhadap pengetahuan
manusia.
5.
Pandangan Islam terhadap akhlak.
Ruang lingkup
kajian filsafat pendidikan Islam juga meliputi masalah-masalah yang berhubungan
dengan sistem pendidikan itu sendiri. Adapun komponen-komponen yang termasuk
dalam sistem pendidikan Islam itu, antara lain dasar yang melandasi pembentukan
sistem tersebut. Lalu tujuan yang akan dicapai oleh pendidikan Islam. Untuk
mencapai tujuan dimaksud, maka perlu ada rumusan mengenai siapa yang dididik,
siapa pelaksannya, bagaimana cara penyelengaraannya, sarana dan prasarana apa
yang diperlukan, materi apa yang diberikan, bagaimana caranya, kondisi apa yang
perlu diciptakan, serta bagaimana mengukur tingkat pencapainya. (Jalaludin, 2011)
Dengan demikian
ruang lingkup kajian filsafat pendidikan Islam adalah identik dengan Islam itu
sendiri. Mencakup semua aspek kehidupan manusia secara menyeluruh yang terkait
dengan maslah pendidikan.
D. Kegunaan Filsafat Pendidikan Islam
Semestinya,
bahwa setiap ilmu mempunyai kegunaan, menurut Omar Mohammad al-Toumy
al-Syaibani misalnya mengemukakan tiga manfaat dari mempelajari filsafat
pendidikan Islam, antara lain:
1.
Filsafat pendidikan itu dapat
menolong para perancang pendidikan dan yang melaksanakannya dalam suatu negara
untuk membentuk pemikiran sehat terhadap proses pendidikan.
2.
Filsafat pendidikan dapat menjadi asas
yang terbaik untuk penilaian pendidikan dalam arti menyeluruh.
3.
Filsafat pendidikan Islam akan
menolong dalam memberikan pendalaman pikiran bagi factor-faktor spiritual,
kebudayaan, social, ekonomi dan politik di negara kita.
Prof. Mohammad
Athiyah Abrosyi dalam kajiannya tentang pendidikan Islam telah menyimpulkan 5
tujuan yang asasi bagi pendidikan Islam yang diuraikan dalam “At Tarbiyah Al Islamiyah Wa Falsafatuha“
yaitu: (Sudrajat, 2009)
1.
Untuk membantu pembentukan akhlak
yang mulia. Islam menetapkan bahwa pendidikan akhlak adalah jiwa pendidikan
Islam.
2.
Persiapan untuk kehidupan dunia dan
kehidupan akhirat. Pendidikan Islam tidak hanya menaruh perhatian pada segi
keagamaan saja dan tidak hanya dari segi keduniaan saja, tetapi dia menaruh
perhatian kepada keduanya sekaligus.
3.
Menumbuhkan ruh ilmiah pada
pelajaran dan memuaskan untuk mengetahui dan memungkinkan ia mengkaji ilmu
bukan sekedar sebagai ilmu. Dan juga agar menumbuhkan minat pada sains, sastra,
kesenian, dalam berbagai jenisnya.
4.
Menyiapkan pelajar dari segi
profesional, teknis, dan perusahaan supaya ia dapat mengusai profesi tertentu,
teknis tertentu dan perusahaan tertentu, supaya dapat ia mencari rezeki dalam
hidup dengan mulia di samping memelihara dari segi kerohanian dan keagamaan.
5.
Persiapan untuk mencari rezeki dan
pemeliharaan segi-segi kemanfaatan. Pendidikan Islam tidaklah semuanya bersifat
agama atau akhlak, atau sprituil semata-mata, tetapi menaruh perhatian pada
segi-segi kemanfaatan pada tujuan-tujuan, kurikulum, dan aktivitasnya. Tidak
lah tercapai kesempurnaan manusia tanpa memadukan antara agama dan ilmu
pengetahuan.
Selain kegunaan
yang tersebut di atas filsafat pendidikan Islam juga sebagai proses
kritik-kritik tentang metode –metode yang digunakan dalam proses pendidikan
Islam, sekaligus memberikan arahan mendasar tentang bagaimana metode tersebut
harus didayagunakan atau diciptakan agar efektif untuk mencapai tujuan. Lebih
lanjut Muzayyin Arifin menyimpulkan bahwa filsafat pendidikan Islam harus
bertugas dalam 3 dimensi, yakni: (Abdulloh, 2010)
1. Memberikan
landasan dan sekaligus mengarahkan kepada proses pelaksanaan pendidikan yang
berdasarkan ajaran Islam.
2. Melakukan
kritik dan koreksi terhadap proses pelaksanaan tersebut.
3.
Melakukan evaluasi terhadap metode
dari proses pendidikan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Z.
(2011). pengantar filsafat barat. jakarta: rajawali press.
aL-Syaibani, O.
M.-T. (1973). Falsafat Pendidikan Islam. . terj. Hasan
Laggulung.1979.Jakarta: Bulan Bintang.
Arifin, M.
(1992). Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Jalaludin.
(2011). Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
Langulung, H.
(1992). Manusia dan Pendidikan. Jakarta: Pustaka Al-Husna
Baru.
Mahmud.
(2010). Psikologi Pendidikan. Bandung : Pustaka Setia.
Marimba, A. D.
(1989). Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Bumi
Aksara.
Nasution, H.
(1973). Falsafat dan Mistisisme dalam Islam. Jakarta: Bulan
Bintang.
Syah, M.
(1997). Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru.
Syah, M.
(2003). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru.Bandung : Rosda
Karya.
Syam, N. M.
(1989). Filsafat Pendidikan dan Dasar Pendidikan Pancasila. Surabaya:
Usaha Nasional.
Syar'I, A.
(2005). Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Pustaka Firdaus.
Tedd, B.
(2001). Paradigma Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Riora
Cipta.
No comments:
Post a Comment